Opini
Home » Berita » Pamit dari Grup WA dan manifestasi Hijrah di Era Digital

Pamit dari Grup WA dan manifestasi Hijrah di Era Digital


Oleh : Ainur Rofiq

Berdampak.net – Dalam suatu notifikasi WhatsApp pagi itu terdengar biasa saja. Tapi ketika dibuka, ada yang berbeda. Seorang rekan kerja menulis: “Mohon izin pamit dari grup ini. Terima kasih atas kebersamaan dan segala dukungannya selama ini. Mohon maaf bila ada salah kata atau perbuatan. Semoga senantiasa dalam rahmat-Nya.”

Tak lama kemudian, balasan demi balasan mengalir. Ucapan terima kasih. Doa-doa terpanjatkan mengiringi waktu yang kian berlalu. Emotikon tangan berdoa dan bunga. Lalu, diam. Beberapa saat kemudian, ikon notifikasi berubah: Anda bukan lagi bagian dari grup ini.

Fenomena ini makin sering terjadi. Di grup kantor, grup alumni, hingga komunitas kerja lintas instansi. Ucapan pamit yang disampaikan dengan hati-hati dan penuh tata krama digital kini menjadi bagian dari dinamika percakapan modern. Meski hanya dalam ruang maya, kehadiran dan kepergian seseorang tetap menyisakan kesan yang tak sedikit.

Lebih dari sekadar sopan santun dalam dunia digital, proses pamit itu merepresentasikan suatu momen penting dalam kehidupan profesional dan personal yaitu: transisi, perpindahan, atau dalam istilah yang lebih bermakna secara spiritual “hijrah”.

Dalam Islam, hijrah bukan hanya berpindah tempat. Ia adalah proses meninggalkan sesuatu untuk menuju sesuatu yang lebih baik. Ia adalah perjalanan niat, langkah perubahan, dan upaya menggapai kehidupan yang lebih bermakna. Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah bukanlah sekadar pelarian dari tekanan, tetapi bagian dari strategi dakwah yang lebih terarah dan kontekstual. Di kota itu, kaum Anshar menyambut kaum Muhajirin dengan kehangatan dan keikhlasan, menciptakan komunitas baru yang berdiri di atas fondasi ukhuwah dan visi peradaban.

Kini, dalam era kerja modern yang serba cepat, bentuk hijrah bisa bermetamorfosis. Tidak selalu harus melibatkan jarak geografis. Ia bisa sesederhana berpindah unit kerja, mutasi jabatan, atau mengakhiri peran dalam satu kelompok lalu memulai peran baru di tempat lain. Bahkan, keluar dari grup WA kantor pun bisa menjadi bagian dari proses itu bila disertai niat untuk menata ulang hidup dengan lebih baik.

Ada seorang pejabat menengah di instansi pemerintah yang merasakan pergolakan batin saat harus menyusun kalimat pamit dari grup WA divisinya setelah dipindah tugaskan ke daerah. Disangka mudah, ternyata sulit. Di grup itu bukan hanya terdapat informasi kerja. Ada kisah kerja keras, canda, konflik, bahkan perjuangan bersama di tengah situasi sulit.

Menulis kalimat pamit bukan hanya soal basa-basi. Itu semacam penutup babak. Sebagaimana tiap babak, ia harus ditutup dengan baik agar bab berikutnya bisa dimulai tanpa beban. Tak heran bila butuh waktu berhari-hari untuk menyusun pesan yang pas penuh hormat, tidak berlebihan, namun cukup menyentuh.

Pamit semacam itu seringkali menjadi momen kontemplatif. Hal ini mengingatkan bahwa dalam kehidupan profesional, perpindahan adalah sesuatu yang pasti. Tidak ada yang menetap selamanya dalam satu posisi, satu ruang, satu lingkaran. Ada masa datang, ada masa pergi dan dalam Islam, waktu adalah sesuatu yang tidak boleh disia-siakan.

Surat Al-‘Asyr mengajarkan: “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.” Ayat ini menekankan pentingnya waktu sebagai medan ujian. Ia adalah sumber daya yang tak bisa diulang. Maka siapa pun yang bergerak tanpa tujuan, atau melewatkan waktunya tanpa makna, akan merugi karena telah berada dalam keadaan kesiaan.
Perpindahan, dalam bentuk apa pun, seharusnya menjadi upaya untuk memperbaiki diri. Meninggalkan sesuatu yang kurang baik, lalu berjalan menuju yang lebih baik. Sehingga makna hijrah bukan semata meninggalkan, tapi juga mengisi ruang baru dengan niat baru bukan juga pelarian, tapi pencarian.

Namun dalam konteks birokrasi atau kehidupan kantor, tidak semua perpindahan terjadi karena pilihan pribadi. Banyak yang berpindah karena rotasi jabatan, penugasan, bahkan restrukturisasi. Dalam hal ini, bisa muncul perasaan seperti “dipindahkan”, bukan “memilih pindah”. Di sinilah pentingnya memaknai hijrah sebagai bagian dari takdir yang tidak selalu bisa dikendalikan, namun tetap bisa dimaknai dan diikhtiarkan.

Islam mengajarkan dua konsep penting: qodlo dan qodar. Bahwa segala yang terjadi di dunia adalah hasil dari kehendak dan ketetapan Allah SWT. Namun, manusia tetap diberi ruang untuk berniat dan berusaha. Maka, meski tidak semua perpindahan bisa direncanakan, manusia dituntut untuk tetap berikhtiar menjadikan setiap perpindahan sebagai jembatan yang bernilai kebaikan.

Pamit dari grup WA yang barangkali tampak remeh menjadi simbol kecil dari pergerakan hidup yang lebih luas. Ia adalah ruang untuk berpamitan secara baik, meninggalkan jejak kebaikan, dan membawa semangat baru ke tempat yang baru pula. Bahkan, dalam Islam, menjaga adab dalam berpindah tempat adalah bagian dari akhlak. Rasulullah SAW pun memuliakan orang yang berhijrah dengan ikhlas dan istiqamah.

Namun di balik semua itu, ada satu hal yang paling hakiki: perubahan adalah keniscayaan. Karena setiap manusia akan melewatinya dengan caranya masing-masing. Ada yang memilih menuliskannya panjang-panjang. Ada pula yang cukup dengan satu kalimat sederhana: “Terima kasih. Mohon pamit.”

Tapi satu hal yang sama, semuanya sedang bergerak. Meninggalkan satu titik untuk menuju titik lain. Meninggalkan satu ruang digital untuk memasuki ruang kerja baru, ruang sosial baru, bahkan mungkin ruang spiritual yang lebih jernih. Di tengah derasnya arus komunikasi, mungkin inilah bentuk hijrah paling senyap tetapi juga paling bermakna.
Dan siapa tahu, dalam tiap pesan pamit yang muncul di layar ponsel itu, tersembunyi tekad besar seorang manusia untuk menjalani waktu dengan lebih baik, lebih lapang, dan lebih dekat pada makna hidup yang sejati.
Wallahu A’lam Bishowab

Related Posts

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *