Pemerintahan
Home » Berita » Menaker Prof. Yassierli: “𝗧𝗿𝗮𝗻𝘀𝗳𝗼𝗿𝗺𝗮𝘀𝗶 𝗗𝘂𝗻𝗶𝗮 𝗞𝗲𝗿𝗷𝗮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗠𝗮𝘀𝗮 𝗗𝗲𝗽𝗮𝗻 𝗕𝗲𝗿𝗸𝗲𝗹𝗮𝗻𝗷𝘂𝘁𝗮𝗻”

Menaker Prof. Yassierli: “𝗧𝗿𝗮𝗻𝘀𝗳𝗼𝗿𝗺𝗮𝘀𝗶 𝗗𝘂𝗻𝗶𝗮 𝗞𝗲𝗿𝗷𝗮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗠𝗮𝘀𝗮 𝗗𝗲𝗽𝗮𝗻 𝗕𝗲𝗿𝗸𝗲𝗹𝗮𝗻𝗷𝘂𝘁𝗮𝗻”

Jakarta, Berdampak.net – Dalam pidato inspiratifnya pada Indonesia International Sustainability Forum 2025, Sabtu 11 Oktober 2025, Menteri Kementrian Ketenagakerjaan RI Bapak Prof. Yassierli menegaskan pentingnya pembangunan keterampilan dan pekerjaan hijau dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan transisi energi.

Data global menunjukkan bahwa tanpa aksi mitigasi, dunia berisiko kehilangan hingga 18% GDP dalam 30 tahun ke depan, dengan potensi kerugian senilai USD 38 triliun per tahun. Sebagai respons, Indonesia telah menetapkan komitmen untuk mencapai 𝙉𝙚𝙩 𝙕𝙚𝙧𝙤 𝙀𝙢𝙞𝙨𝙨𝙞𝙤𝙣 (𝙉𝙕𝙀) paling lambat tahun 2060 dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 31,89% pada 2030.

Transisi ini membuka peluang luar biasa:
lebih dari 2 juta pekerjaan hijau diproyeksikan tercipta pada 2029. Namun itu semua tidak akan di penuhi kalau secara kompetensi masih jauh dari standard yang industri inginkan.

Untuk itu Kementerian Ketenagakerjaan telah menetapkan target ambisius:
Melatih 1,1 juta orang per tahun dalam keterampilan hijau hingga 2029. Ini dilakukan melalui transformasi besar-besaran pada 34 Balai Latihan Kerja (BLK) Nasional, 286 BLK Daerah, dan lebih dari 4.000 pusat pelatihan berbasis komunitas.

Transformasi ini mencakup 2 arah:
𝟭. 𝗨𝗽𝘀𝗸𝗶𝗹𝗹𝗶𝗻𝗴 (𝗚𝗿𝗲𝗲𝗻 𝗦𝘁𝗮𝗿𝘁):
Mempersiapkan tenaga kerja baru dan yang sudah ada dengan keterampilan energi hijau (mis. panel surya, turbin angin, penyimpanan baterai).
𝟮. 𝗥𝗲𝘀𝗸𝗶𝗹𝗹𝗶𝗻𝗴 (𝗚𝗿𝗲𝗲𝗻 𝗦𝗵𝗶𝗳𝘁):
Mendukung pekerja dari sektor berbasis karbon agar dapat beralih ke sektor energi bersih.

Namun semua tidak mudah, Indonesia menghadapi 4 tantangan utama:

  1. Ketidaksesuaian kurikulum pelatihan vokasional dengan kebutuhan industri hijau.
  2. Ketimpangan akses pelatihan antara wilayah Jawa dan luar Jawa.
  3. Fasilitas dan instruktur pelatihan yang belum memadai.
  4. Belum terintegrasinya produktivitas industri dengan permintaan pekerjaan hijau.

Untuk memastikan transisi yang adil, Prof. Yassierli menekankan 4 prinsip utama:
𝟭. 𝗣𝗲𝗻𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗕𝗲𝗿𝗽𝘂𝘀𝗮𝘁 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗥𝗮𝗸𝘆𝗮𝘁:
Menjamin martabat, hak, dan penghidupan pekerja.
𝟮. 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗞𝗲𝘁𝗲𝗿𝗮𝗺𝗽𝗶𝗹𝗮𝗻 𝗜𝗻𝗸𝗹𝘂𝘀𝗶𝗳:
Menyediakan pelatihan vokasional adaptif yang merata.
𝟯. 𝗣𝗲𝗿𝗹𝗶𝗻𝗱𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗦𝗼𝘀𝗶𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗗𝗶𝗮𝗹𝗼𝗴 𝗦𝗼𝘀𝗶𝗮𝗹:
Menyediakan dukungan reskilling dan mendorong dialog tripartit.
𝟰. 𝗞𝗼𝗵𝗲𝗿𝗲𝗻𝘀𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗼𝗹𝗮𝗯𝗼𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗞𝗲𝗯𝗶𝗷𝗮𝗸𝗮𝗻:
Menyatukan kebijakan iklim, ketenagakerjaan, energi, dan fiskal dalam satu arah strategis.

Ke semua tantangan tersebut tidak mudah dan harus di lakukan kolaborasi dengan industri, universitas, dan organisasi internasional. Transisi hijau bukan hanya agenda lingkungan—ini adalah peluang untuk membangun masa depan yang lebih inklusif, adil, dan berdaya saing. (rh)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *